8. METODA OBSERVASI DALAM
RANCANGAN TEROWONGAN
Dalam rekayasa
batuan khususnya pada tahap rancangan stabilitas suatu struktur seperti
terowongan, metode rancangan observasional (metode pemantauan) adalah salah
satu dari metode rancangan yang tersedia disamping metode rancangan analitik
dan metode empirik.
Metode
rancangan observasional pada dasarnya adalah analisis reaksi batuan-penyangga
(ground support reaction), yaitu suatu metode evaluasi stabilitas suatu
terowongan sementara terowongan itu sedang dalam proses penggalian. Jadi selama
kegiatan penggalian, dilakukan pemantauan perpindahan massa batuan disekitarnya untuk mengetahui
instabilitas yang mungkin berkembang. Selanjutnya data pemantauan digunakan
untuk dasar evaluasi menggunakan kurva reaksi batuan-penyangga (lihat Gambar 8.1)


Gambar 8.1. Respon sistem penyangga terhadap
perpindahan dinding terowongan
Analisis
reaksi batuan-penyangga sering diidentikkan dengan metode convergence
confinement (CV-CF). Dengan metode ini dapat ditentukan kapasitas penyangga
yang diperlukan dan saat pemasangan yang tepat, atau dapat untuk mengetahui
tingkat kecukupan penyangga yang dipasang. Dasar analisis tersebut ialah data
pemantauan perpindahan yang telah dilaksanakan dengan convergence meter atau extensometer.
Meskipun dipisahkan dari dua metode rancangan yang lain, metode pendekatan ini
juga merupakan satu-satunya jalan untuk memeriksa hasil prediksi metode lain.
8.1.
ESENSI PEMANTAUAN
Berdasarkan
pengalaman, suatu terowongan meskipun sudah dirancang secara ilmiah berdasarkan
suatu penyelidikan geoteknik dan geomekanika yang komprehensif, belum berarti
telah meniadakan semua resiko kegagalan struktur. Salah satu penyebabnya ialah massa batuan memiliki
kondisi alamiah yang unik dan sifat serta perilakunya tidak dapat diketahui
secara pasti seperti halnya beton dan besi baja. Satu-satunya jalan untuk
secara kontiniu dapat mengetahui stabilitas dan instabilitas yang berkembang
ialah diterapkannya program pemantauan kondisi batuan sementara penerowongan berlangsung.
Jadi pemantauan dilakukan terus-menerus mengikuti kemajuan penerowongan.
Pemantauan
juga dapat mengetahui tingkat kecukupan sistem penyangga yang dipasang, oleh
karenanya dengan pemantauan memungkinkan untuk melakukan revisi atau modifikasi
rancangan jika dinyatakan perlu. Adapun yang tidak kalah pentingnya ialah bahwa
dengan pemantauan dapat diketahui sifat mekanik dan perilaku perpindahan
(rheologis) yang sesungguhnya dari massa
batuan.

Gambar 8.2. Esensi pemantauan dalam proses
rancangan terowongan dalam batuan
Dengan
mengetahui perilaku rheologis dari massa
batuan, maka dapat dilakukan ekstrapolasi dalam menentukan stabilitas jangka
panjang dengan memisahkan proses pengaruh penggalian dan ketergantungan waktu.
Dari
Gambar 2 terlihat bahwa program pemantauan dapat memberikan umpan balik dalam
menentukan parameter rancangan demi meningkatkan mutu rancangan atau keakuratan
prediksi kinerja. Dapat juga untuk optimasi pelaksanaan penerowongan misalnya
modifikasi metode penggalian.
8.2.
STRATEGI PEMANTAUAN
Pemantauan
dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pemantauan kualitatif
misalnya observasi/inspeksi visual. Sedangkan yang kuantitatif misalnya
pengukuran dengan instrumen terhadap indikator-indikator langsung (perpindahan,
perubahan tegangan, dsb), dan pengukuran indikator-indikator tak-langsung
(misalnya emisi akustik dengan pemantauan mikroseismik, dsb).
Dalam
tulisan ini yang akan dibahas ialah pemantauan deformasi atau perpindahan.
Metode pemantauan perpindahan dinding terowongan dapat dibedakan menjadi tiga
cara yang berbeda yaitu ; pemantauan visual kualitatif, pemantauan perpindahan
dinding atau konvergensi (shallow/surface displacement), dan pemantauan
perpindahan lokal-dalam (deep-seated/local displacement).
8.2.1. PEMANTAUAN VISUAL KUALITATIF
Pemantauan visual
adalah metode pemantauan termurah tetapi cukup efektif, tujuannya ialah untuk
mengidentifikasi dan menyelidiki massa
batuan yang mengalami tegangan tinggi atau cacat melalui sejumlah indikator
fisik. Indikator dari tengangan tinggi misalnya runtuhnya lubang bor, dinding
pecah (slabbing) atau pecah (popping), dsb. Jika ditemui indikator tersebut dan
kekuatan massa
batuan diketahui, maka besar tegangan in-situ dapat diperkirakan. Kondisi
tegangan tarik kritis sering dapat dideteksi melalui separasi kekar, retakan
yang berlebihan atau jatuhnya bongkah dari atap/dinding terowongan.
Pemantauan
visual dilakukan dengan mengenali struktur-struktur batuan yang kritis (kekar,
sesar, bidang perlapisan). Data yang diperoleh dirajah (plot) ke dalam sistem
proyeksi stereografis kemudian disusun suatu sistem klasifikasi (misalnya RMR
dan RQD).
Pemantauan
visual sangat berharga dalam mengurangi resiko runtuhnya massa batuan dan secara cepat dapat
memberikan informasi untuk dasar tindakan prepentif yang mendesak. Kelemahan
data yang berasal dari pemantauan visual ini tidak dapat dipakai untuk analisi
secara mendalam dan validitasnya sangat tergantung pada keahlian, pengalaman
dan dedikasi perorangan.
8.2.2. PEMANTAUAN PERPINDAHAN DANGKAL
Perpindahan
dangkal identik dengan deformasi dinding terowongan. Dikatakan perpindahan
dangkal karena yang terdeteksi hanya perpindahan sampai sekitar 50 cm dari
permukaan batuan. Instrumen yang dipakai ialah convergence meter (lihat Gambar
8.3).



Gambar 8.3. Convergence meter dan skema
pengukurannya.
Pengukuran
perpindahan ini sangat penting, karena pergerakan dinding terowongan justru
mencerminkan efek kumulatif dari deformasi massa batuan. Jadi hasil pengukurannya
merupakan indikator ketidak-mantapan terowongan.
Konvergensi
dapat juga menunjukkan kinerja penyangga, sebab efektivitas suatu penyangga
atau penguat akan dicerminkan oleh konvergensi dinding terowongan. Penggunaan
convergence meter sebagai bagian dari metode rancangan observasional sesuai
untuk diterapkan pada penentuan kerapatan dan panjang baut batuan (rock
bolting).
8.2.3. PEMANTAUAN PERPINDAHAN LOKAL – DALAM
Hasil pengukuran
dengan convergence meter tidak dapat mengenali bentuk runtuhan. Untuk itu
diperlukan pengukuran yang lebih dalam dan terlokalisir. Instrument yang
dipakai ialah extensometer. Dengan pengukuran ini, dimungkinkan untuk
mengetahui secara konklusif penyebab berkembangnya perpindahan dinding
terowongan. Secara jelas bagian-bagian alat dan pengukuran ekstensometer dapat
dilihat pada gambar 8.4.

Gambar 8.4. Ekstensometer dan skema pengukurannya.
Komponen
magnetik ekstensometer (titik magnetik biasanya sampai 20 titik) dimasukkan
kedalam lubang bor dengan interval tertentu. Elemen-elemen magnetik itu akan
mendeteksi setiap gerakan dinding lubang bor dan dapat terbaca di readout box. Satuan pembacaan adalah
millimeter dengan ketelitian 4 angka dibelakang koma (0,0000 mm). Dengan
demikian proses gerakan massa
batuan dapat diketahui, sehinggga dapat menentukan tingkat kestabilan
terowongan.
ini ngga ada gambarnya min?
BalasHapusGambar min
BalasHapusAdu
Gambarnya tidak keluar ni
BalasHapus