4. RANCANGAN TEROWONGAN
4.1. KONSEP DAN
FILOSOFI RANCANGAN TEROWONGAN
Konsep
rancangan sebuah lubang bukaan bawah tanah (underground openings) relatif suatu
hal yang baru. Hal ini dikarenakan masalah rancangan terowongan berbeda dengan
rancangan struktur/bangunan.
Dalam
rancangan teknik yang konvensial, beban dari luar dikenakan adalah yang pertama
ditentukan, kemudian deskripsi dari bahan dan kekuatannya serta karateristik
deformasinya disesuaikan dengan geometri struktur yang dipilih. Dalam mekanika
batuan, perancang berhubungan dengan massa
batuan yang alamiah/kompleks dan sifat-sifat material yang spesifik. Hal yang
lebih penting dari pada pengenaan beban pada massa batuan adalah gaya-gaya yang dihasilkan
oleh redistribusi dari tegangan asli (original stress) akibat adanya suatu
penggalian. Juga adanya beberapa kemungkinan jenis failure didalam struktur batuan sehingga penentuan dari kekuatan
dari konfirgurasi geologi. Oleh sebab itu rancangan penggalian pada batuan
harus memperhatikan kondisi geologi dan terutama kemungkinan resiko geologi.
Setiap pendekatan rancangan penggalian didalam batuan merupakan kerjasama yang
erat antara ahli mekanika batuan dan ahli geologi teknik. Rancangan penggalian
didalam batuan membutuhkan pertimbangan ekstra termasuk kondisi geoteknik yang
khusus.
Sebuah
filosifi rancangan yang baik diberikan oleh E.T. Hoek sebagai berikut. Tujuan
dasar setiap rancangan untuk penggalian dibawah tanah (underground excavation)
harus menggunakan batuan itu sendiri sebagai material struktur yang utama,
menghasilkan gangguan yang sekecil mungkin selama penggalian dan
menambah sesedikit mungkin beton dan penyangga baja. Dalam keadaan sebenarnya
dan batuan mengalami tegangan tekan, batuan keras dapat lebih kuat dari beton
dan ada yang sama kekuatannya dengan baja. Sehingga tidak akan memberi arti
ekonomis dengan menggantikan material yang cukup memadai dengan suatu material
yang mungkin tidak lebih baik. Rancangan rekayasa yang baik adalah rancangan
yang seimbang dalam semua faktor yang saling berkaitan, meskipun itu tidak
selalu dapat dikuantifikasikan, harus dimasukkan dalam perhitungan. Kewajiban
sarjana perancang bukannya menghitung secara teliti, tetapi bagaimana melakukan
penilaian secara cermat.
Gambar
4.1. memperlihatkan sebuah bagan alir dari rancangan penggalian batuan dibawah
tanah yang dibuat oleh Hoek dan Brown, dimana penyusunan rancangan bertitik
tolak dari faktor-faktor ketidakmantapan akibat struktur geologi, tegangan
batuan yang berlebihan, pelapukan dan swelling, serta faktor tekanan/aliran air
tanah yang berlebihan.
Rancangan
terowongan ditinjau dari aspek mekanika batuan/geomekanika mencakup aspek-aspek
rencana untuk lokasi, menentukan ukuran dan bentuknya, orientasi dan
tata-letaknya, metode penggalian, pemilihan penyangga dan instrumentasi. Jadi
peran geomekanika dalam suatu proses rancangan penggalian bawah tanah adalah
memberikan data masukan dan analisis rancangan, mulai dari tahap rancangan awal
sampai rancangan final, berlanjut ketahap operasional penggalian (Gambar 4.2).
Pada
rancangan awal meliputi ekplorasi geoteknik, pengukuran in-situ, pengujian
laboratorium, dan analisis pemodelan/stabilitas. Tahap paling penting dan sulit
ialah penyusunan deskripsi kuantitatif atau karakteristik massa batuan, karena hal ini merupakan dasar
dari seluruh analisis rekayasa, ekonomi, keselamatan, dan penyusunan kontrak
kerja.
Gambar
4.1. Rancangan Penggalian Batuan di Bawah Tanah (Hoek dan Brown)
Gambar 4.2. Bagan Alir
Proses Rancangan Penggalian Bawah Tanah (Mahtab & Grasso, (1992)
Pada
tahap rancangan final meliputi uji dan analisis tambahan, rancangan
penyanggaan, dan rancangan meliputi uji dan analisis tambahan, rancangan
operasional yaitu penggalian lubang bukaan, untuk memperoleh data perilaku
massa batuan disekitar zona penggalian perlu dilakukan pemantauan (monitoring)
perpindahan misalnya dengan borehole extensometer atau convergence-meter. Hal
ini dilakukan untuk sekali lagi memeriksa stabilitas sistem penyanggaan dan
jika perlu melakukan modifikasi rancangan.
Sedangkan
menurut Sinha, langkah pertama didalam rancangan suatu struktur bawah tanah
adalah mengevaluasi persyaratan fungsional dari struktur bawah tanah (lihat
Tabel 4.1) dan kondisi lingkungan sebelum dan sesudah kontruksi.
Pertimbangan-pertimbangan
yang harus dipenuhi, harus dimasukkan ke dalam rancangan karena tanpa melihat
hasil dari metode rancangan, perancangan harus memenuhi peraturan-peraturan
dibidang pertambangan dan penerowongan seperti ventilasi, penerangan,
transfortasi, penirisan, penanganan bahan peledak dan lain-lainnya.
Selanjutnya
menurut Bieniawski (1984) tahapan perencanaan pembuatan terowongan secara umum
dibagi 5 tahap, yaitu pengumpulan data awal, studi kelayakan, karakterisasi
lokasi teknik, analisis kemantapan, rancangan akhir dan kontruksi dimana
pentahapannya dapat dilihat pada gambar 4.3. Dari diagram tersebut dapat
dilihat bahwa tidak ada rancangan rekayasa batuan dapat dianggap selesai
sebelum kontruksi dari struktur selesai semuanya.
Tabel 4.1. Persyaratan
fungsional dari berbagai struktur bawah tanah
Struktur Bawah Tanah
|
Persyaratan Fungsional
Minimum
|
Terowongan
saluran air
|
Mencegah
runtuhnya dinding terowongan memberikan kapasitas hidrolik, mampu mengalirkan
tenaga efek hidrolik yang merugikan. Dinding terowongan harus disesuaikan
dengan kecepatan aliran dan dapat mecegah terjadinya exfiltrasi, infiltrasi
dan cavitasi.
|
Terowongan
untuk pembangkit listrik tenaga air
|
Sama dengan
terowongan air, tetapi harus tidak memiliki belokan yang tajam dan
perpotongan. Dinding terowongan harus mampu meminimalkan kehilangan tenaga
baik karena hambatan hidrolik maupun hambatan florida.
Harus juga
dapat dicegah timbulnya longsoran tanah atau hidraulic jacking akibat
infiltrasi air kedalam massa
batuan.
|
Ruang
penyimpanan bawah tanah
(stronge
cavem)
|
Mencegah
runtuhnya dinding terowongan. Mampu memberikan ruang bawah tanah yang memadai
tanpa terjadi kehilangan atau kontaminasi atau penurunan kualitas bahan yang
disimpan.
Mampu mencegah
terjadinya kemampuan lokomotif.
|
Terowongan
kereta api
|
Mencegah
runtuhnya dinding terowongan. Tersedia sistem ventilasi, penerangan, dan
penirisan yang cukup. Tikungan dan kemiringan disesuaikan dengan kemampuan
lokomotif.
|
Terowongan
jalan raya
|
Mencegah runtuhnya
dinding terowongan. Tersedia sistem ventilasi dan penghisapan sisa gas buang
kendaraan, penerangan lampu. Tikungan dan kemiringan harus memperhatikan
jarak pandang atau komunikasi antar kenderaan. Kontruksi dindingnya hanya
memerlukan sedikit keperawatan.
|
Sumuran
vertikal
(shaft)
|
Memberikan
stabilitas horisontal dan vertikal. Mencegah runtuhnya material kedalam
sumuran. Terdapat sistem ventilasi, penirisan, dan penerangan sejauh
diperlukan.
|
Gambar 4.3.Tahapan
Perencanaan Pembuatan Terowongan (Bieniawski, 1984)
4.2. METODE RANCANGAN TEROWONGAN
Metode
rancangan untuk menilai kestabilan suatu penggalian bawah tanah (tambang bawah
tanah atau terowongan) dapat dikategorikan sebagai berikut (Bieniawski, 1984) :
1) Metode Analitik
(analytical methods).
2) Metode Obeservasi
(observational methods).
3) Metode Empirik
(empirical methods).
Sebagai
tambahan, ada dua pendekatan lainnya yang digunakan yaitu teknik geologi dan
pertimbangan-pertimbangan yang harus dipenuhi (peraturan-peraturan pertambangan
dan penerowongan).
Metode
analitik digunakan untuk menganalisis tegangan dan deformasi disekitar lubang
bukaan. Teknik-teknik yang dipakai adalah solusi closed from dan metode numerik yaitu :
-
Perhitungan
numerik seperti metode elemen hingga (finite elements methods), metode
perbedaan hingga (finite difference method), metode elemen batas (boundary
elements method).
-
Simulasi
analogi (analog simulation) seperti analogi listrik dan fotoelastik.
-
Model
fisik (physical modelling) seperti penggunaan maket.
Metode
observasi adalah mengadakan analisis berdasarkan pada data pemantauan
pergerakan massa batuan sewaktu penggalian untuk
mengamati ketidakmantapan dan analisis interaksi penyanggaan terhadap massa batuan. Pada metode ini dikenal NATM (New Austrian
Tunneling Method) dan “Convergence-Confinement Method”. Disamping merupakan
metode yang terpisah metode ini merupakan cara untuk memeriksa balik hasil dari
metode lain.
Metode
empirik adalah metode untuk menilai kestabilan sebuah tambang bawah tanah dan
terowongan dengan menggunakan analisis statistik. Pada umumnya dilakukan
pendekatan berdasarkan pengalaman yang didapat dari beberapa pekerjaan yang
serupa sebelumnya. Klasifikasi massa
batuan adalah pendekatan empirik yang paling baik untuk menilai kestabilan
sebuah lubang bukaan dibawah tanah. Saat ini dikenal klasifikasi batuan
diantaranya dari Terzaghi (1946). Deere (1967), Bieniawski (1973) Norwegian
Geotechnical Institute / NGI (1974), dan sebagainya.
Semua
metode membutuhkan masukan kondisi geologi dan pertimbangan yang sesuai dengan
peraturan keselamatan kerja. Teknik geologi digunakan untuk mengidentifikasikan
struktur geologi dan gambaran lainnya yang mempengaruhi kestabilan struktur.
Untuk maksud itu maka dilakukan pemetaan geologi, pemetaan isopach, foto udara,
analisis kelurusan (lineament analysis), foto dari satelit, pemboran inti.
Suatu terobosan dibidang teknologi eksplorasi di Amerika Serikat adalah
penginderaan jarak jauh untuk geologi dari pesawat ulang alik Columbia (Taranik, 1982).
4.3. Parameter
rancangan terowongan
Penyediaan
data masukan yang diperlukan untuk merancang sebuah lubang bukaan bawah tanah
(terowongan dan lain-lain) adalah salah satu tugas yang paling berat bagi
seorang sarjana perancang. Karena jika data masukan tidak benar maka dengan
sendirinya rancangan akan salah.
Dengan
kata lain, kualitas rancangan sangat ditentukan oleh kualitas data masukan.
Data
masukan yang diperlukan untuk tujuan rancangan meliputi karateristik geologi
dari massa batuan, evaluasi dari tegangan
mula-mula (intial stress) didalam massa batuan,
sifat-sifat mekanik dari massa
batuan dan kondisi air tanah. Penyelidikan dan pengukuran untuk mendapatkan
data masukan tersebut harus direncanakan dengan baik dengan mengikuti prosedur
dan metode pengukuran yang telah dibakukan dan harus sesuai dengan maksud dari
proyek yang dirancang.
Penentuan
para meter masukan untuk rancangan harus direncanakan agar sebanyak mungkin
data-data yang diperoleh adalah data kuantitatif, daripada data kualitatif.
Mengenai
data masukan ini ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Kualitas dari
rancangan rekayasa langsung dipengaruhi oleh kualitas dari setiap parameter
masukan.
2. Setiap prosedur dan
metode yang digunakan untuk mendapatkan data masukan dapat sepenuhnya
dibenarkan dan direncanakan dengan baik.
3. Informasi secara
kuantitatif lebih banyak dibutuhkan dari pada secara kualitatif untuk keperluan
rancangan.
Belum ada tanggapan untuk "RANCANGAN TEROWONGAN"
Posting Komentar